Belajar Double Death Cross Dalam Trading
Belajar Double Death Cross Dalam Trading
Di kalangan trader, strategi Death Cross dianggap sangat penting karena akurasinya yang tinggi dalam memprediksi kapan pasar akan turun atau sell.
Strategi Double Death Cross sebenarnya merupakan varian dari Death Cross yang dapat membantu pemasar menentukan apakah situasi bearish akan bertahan untuk beberapa waktu atau relatif lebih lama.
Ada banyak referensi tentang kebijakan tersebut, termasuk laporan oleh media besar seperti CNBC dan Bloomberg. Berbagai kicauan terkait pendekatan ini kerap bertebaran di media sosial seperti Twitter.
Perdebatan yang sengit tidak pernah berakhir karena banyak pihak tidak maju. Antara lain, bagaimana menggunakan strategi ini secara sistematis sehingga trader tidak dapat mengubah posisi tanpa memiliki pemahaman yang kuat tentang implementasinya di pasar.
Death Cross
Pada dasarnya, Death Cross adalah sinyal yang mengindikasikan perubahan sentimen pasar dari bullish menjadi bearish. Biasanya ini terjadi ketika garis EMA periode kecil melintasi garis EMA periode besar.
Jadi persilangan ke bawah dari dua garis ini adalah tanda bahwa pasar sedang turun. Sinyal Death Cross lebih baik diperkuat jika didukung oleh volume perdagangan yang tinggi.
Inilah rahasianya: sinyal Death Cross hanya akurat ketika dua garis EMA, baik minor dan mayor, bergerak ke bawah, dan harga harus benar-benar turun ke bawah dari dua garis EMA.
Dengan kata lain, sinyal Death Cross yang valid terjadi ketika EMA minor turun di bawah EMA mayor DAN harga benar-benar turun di bawah EMA minor atau mayor.
Implementasi Sell
Sangat menarik untuk dicatat bahwa strategi ini terlihat jelas pada grafik harian dan dapat digunakan secara luas di berbagai aset seperti saham, forex, dan crypto. Indikator yang digunakan adalah EMA 50, EMA 100 dan EMA 200.
Ada empat langkah untuk mengeksekusi perdagangan jual dengan strategi Double Death Cross:
1 Identifikasi situasi di mana 50 EMA melintasi di bawah 100 EMA. Penembusan harus diikuti oleh penurunan harga di bawah dua EMA yang disebutkan. Jika kedua syarat ini terpenuhi, pelaku pasar bisa langsung masuk.
2 Tempatkan penjualan pertama saat harga penutupan di bawah EMA 50 dan EMA 100. Trailing sale dilakukan saat harga menembus dan ditutup di bawah EMA 200.
Mengapa Anda membutuhkan banyak posting? Tentunya agar trader mendapatkan rata-rata entry price yang lebih baik sekaligus mengantisipasi perubahan harga yang mungkin terjadi di masa mendatang.
3 Tempatkan stop loss di atas 50 EMA dan 100 EMA. Ketika harga ternyata berada di atas kedua zona EMA, sinyal yang diposting sebelumnya salah dan membatasi risiko dengan Stop Loss.
4. Rencanakan langkah kemenangan. Caranya adalah dengan menandai candle high swing terakhir terlebih dahulu baru kemudian menggunakan area tersebut sebagai target profit. Ketika harga menembus tinggi ayunan, segera sadari keuntungannya, karena itu bisa berarti pembalikan harga.
Tren Double Death Cross merupakan indikator yang efektif untuk mengidentifikasi munculnya suasana bearish di pasar. Trader yang ingin mengubah pola trading jangka pendek menjadi jangka panjang disarankan untuk menggunakan teknik ini dengan mencari konfirmasi saat tren berubah dalam hitungan jam.
Tidak seperti situasi bullish, yang lebih mudah diidentifikasi secara visual, situasi bearish memerlukan pandangan jauh ke depan dari pihak pelaku pasar untuk menghindari membuat langkah yang salah. Di sinilah Death Cross dan Double Death Cross bisa diandalkan.
Sebelum runtuhnya Dow Jones Industrial Average di Wall Street pada tahun 1929 dan jatuhnya S&P 500 pada Mei 2008 datanglah Death Cross. Namun, kondisi Death Cross tidak selalu menyebabkan keruntuhan yang begitu dahsyat.
Terakhir, perlu diperhatikan bahwa dalam situasi sideways, indikator EMA dapat terus berpotongan dan membentuk golden cross atau death cross, yang dapat membingungkan pemasar. Untuk mengatasinya, trader sebaiknya menggabungkan MA dengan analisis price action atau divergensi garis horizontal.